Berawal dari Kekhawatiran "Kepaten Obor"
Halal bihalal Keluarga Partomulyo tahun 2024 menjadi titik balik penting dalam perjalanan sejarah keluarga besar ini. Salah seorang pakde mengemukakan kekhawatiran yang mungkin juga dirasakan oleh banyak keluarga besar lainnya: "Berapa sebenarnya jumlah cucu keluarga kita? Bagaimana silsilah lengkapnya?" Kekhawatiran ini berangkat dari istilah Jawa "kepaten obor" atau putusnya sejarah keluarga karena tidak ada yang mendokumentasikan dan meneruskannya kepada generasi berikutnya.
Pertanyaan sederhana ini ternyata memicu sebuah inisiatif yang luar biasa. Tanpa disadari, keluarga Partomulyo telah memulai perjalanan digitalisasi silsilah keluarga yang mengintegrasikan berbagai teknologi modern.
Pada November 2024, eksperimen pertama dimulai. Dengan berbekal data seadanya, keluarga ini mulai mengumpulkan informasi melalui form online yang diintegrasikan dengan sistem notifikasi telegram dan email. Setiap kali ada anggota keluarga yang mengisi form, notifikasi akan terkirim secara otomatis—langkah kecil namun cerdas untuk memastikan partisipasi aktif dari seluruh anggota keluarga.
Tidak berhenti pada pengumpulan data, keluarga Partomulyo melangkah lebih jauh dengan mengeksplorasi berbagai tools aplikasi online. Dari sini, mereka mendapatkan insight berharga yang mengarah pada perancangan model database sederhana. Meski belum sempurna, langkah ini menjadi fondasi penting dalam pengorganisasian data keluarga secara lebih terstruktur.
Model database yang dirancang memang tidak terlalu lengkap, namun cukup untuk mencapai tujuan awal: mendata anggota keluarga. Dengan pendekatan bertahap, database ini kemudian dikembangkan sehingga informasi keluarga menjadi lebih tertata dan mudah diakses.
Salah satu capaian paling mengesankan dari inisiatif ini adalah kemampuan untuk menghasilkan berbagai bentuk visualisasi dari satu sumber data yang sama. Dengan data yang sudah terstruktur, keluarga Partomulyo dapat menyajikan informasi silsilah dalam bentuk visual yang menarik dan mudah dipahami.
Visualisasi ini dibuat menggunakan Google Apps Script, membuktikan bahwa teknologi yang relatif sederhana pun dapat menghasilkan output yang bermanfaat ketika digunakan dengan tepat.
Langkah paling inovatif dalam proyek ini adalah integrasi dengan teknologi kecerdasan buatan (AI). Tujuannya jelas: membuat pencarian dan interaksi dengan data keluarga menjadi lebih natural dan intuitif. Dengan menggunakan kombinasi Langchain dan Gemini AI yang diprogram dengan Python, keluarga ini berhasil menciptakan sistem pencarian data yang dapat merespons pertanyaan dalam bahasa sehari-hari.
Sebagai pendukung, sistem asisten keluarga dikembangkan menggunakan PHP, menciptakan ekosistem teknologi yang komprehensif namun tetap terfokus pada pengolahan satu sumber data yang sama.
Untuk memastikan keberlanjutan dan skalabilitas sistem, data keluarga dimodelkan sebagai API dengan standar yang jelas. Pendekatan ini membuat integrasi antar komponen sistem menjadi lebih reliable dan memudahkan pengembangan fitur-fitur baru di masa depan.
Apa yang dilakukan oleh keluarga Partomulyo memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. Pertama, bahwa kekhawatiran akan hilangnya sejarah keluarga dapat menjadi pendorong inovasi. Kedua, dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia, dokumentasi silsilah keluarga dapat dilakukan dengan cara yang lebih engaging dan berkelanjutan.
Yang paling mengesankan, inisiatif ini menunjukkan bahwa kompleksitas teknologi yang digunakan tidak selalu berkorelasi dengan volume data yang diolah. Dengan satu sumber data yang sama, berbagai output bermanfaat dapat dihasilkan apabila didukung oleh pendekatan teknologi yang tepat.
Keluarga Partomulyo telah membuktikan bahwa di era digital ini, menjaga warisan keluarga tidak harus menjadi tugas yang membosankan. Dengan sentuhan teknologi dan inovasi, silsilah keluarga dapat dilestarikan dengan cara yang menarik dan bermakna bagi seluruh generasi.