Perkembangan teknologi memungkinkan umat manusia baik secara individu, komunal dan negara terlibat secara langsung memproduksi dan menerima informasi secara mudah dan cepat. Sayangnya media daring (online) itu tidak semuanya berkonten sehat.
Pegiat internet sehat, ICT Watch bersinergi dengan Relawan TIK (RTIK) Kota Kediri menyelenggarakan workshop sehari Training of Trainer (Tot) Kerangka Literasi Digital di Kediri, Selasa 27 Februari 2018. Workshop sekaligus peluncuran keberadaan RTIK di Kota Kediri.
Menurut Program Officer ICT Watch Laila Ayu Farlina, workshop ini untuk menyiapkan orang-orang yang nantinya memiliki kemampuan sebagai tenaga trainer dalam hal kerangka literasi digital.
‘Untuk mempersiapkan para pelatih di tempat lain setelah workshop ini berakhir,” ungkapnya.
Sebab, lanjut Ayu, perkembangan internet yang harusnya membawa manfaat untuk masyarakat, akan tetapi pada kenyataannya banyak bahayanya. Yang terjadi saat ini fenomena di tengah masyarakat, keberadaan internet malah disalahgunakan untuk hal-hal negatif.
“Dikenalkan kerangka literasi digital agar masyarakat aman dan nyaman dalam berinternet. Oleh karena itu dengan terselenggaranya workshop ini agar taman-teman di sini bisa menjadi trainer untuk menanggulangi hal-hal negatif di internet maupun dalam berinternet,” katanya.
Menurutnya, semua hal negatif di dunia internet memiliki bobot yang sama dalam hal bahayanya, hanya berbeda dalam trend. Jika dahulu yang dianggap berbahaya adalah pornografi akan tetapi kalau sekarang adalah maraknya berita hoax.
“Semua itu sama negatifnya dan sama bahayanya” ucapnya.
Terlebih, lanjut Ayu, pada musim politik seperti sekarang ini marak beredar di tengah masyarakat internet tak sehat dalam bentuk hatespeech. Apalagi jika ditelusuri, hatespeech masih satu rangkaian dengan hoax.
Diharapkan ketika peserta sudah mengetahui kerangka literasi digital, mereka bisa memilah mana yang layak dikonsumsi atau diproduksi, dan mana yang tidak. Dengan kemampuan memilah ini mereka bisa menyelenggarakan workshop sendiri ke komunitasnya, sekolah, kampus, bahkan masyarakat luas di Kota Kediri.
“Peserta bisa menyebarluaskan pemanfaatan internet sehat sehingga banyak masyarakat yang tahu,”
Terkait peserta yang mengikuti kegiatan ini, pihaknya bekerjasama dengan RTIK Kota Kediri untuk memilih komunitas, lembaga, dan individu yang dinilai bisa menjadi calon agen kerangka literasi digital. Apalagi semua materi yang dipaparkan sudah bisa dianggap untuk menyelenggarakan workshop sendiri
“Kami mengumpulkan orang-orang terpilih di sini untuk membantu menyebarluaskan kerangka literasi digital ke masyarakat yang lebih luas lagi. Kalau ICT Watch yang harus pergi ke semua kota kan ga sanggup,” katanya.
Dalam paparannya, Ayu menyampaikan kerangka yang didesain dari pengalaman ICT Watch dalam menjalankan internet sehat. Kerangka terdiri atas tiga bagian utama, yaitu, proteksi, hak-hak, dan pemberdayaan.
Pada kerangka proteksi, dipaparkan bagaimana cara memberikan pemahaman tentang perlunya kesadaran atas keselamatan dan kenyamanan semua pengguna internet. Poin yang kedua yaitu hak-hak, maksudnya adalah sejumlah hak-hak mendasar yang harus diketahui dan dihormati oleh para pengguna internet.
“Terkait pemberdayaan, maksudnya, internet tentu saja dapat membantu penggunanya menghasilkan karya serta kinerja yang lebih produktif dan bermakna bagi diri, lingkungan maupun masyarakat luas.” Jelasnya.
ICT Watch merupakan organisasi nirlaba yang mendedikasikan diri pada gerakan advokasi literasi digital yang diinisasi pada 2002 dan berjalan secara konsisten hingga sekarang.
Sementara RTIK sebuah perkumpulan yang berdiri tahun 2011 yang anggotanya adalah pegiat di bidang teknologi informasi. Di Kota Kediri, RTIK mulai eksis sejak Septempber 2017 lalu namun baru diluncurkan, Selasa, 27 Februari 2018.