Cara Efektif Menangani Karyawan Toxic & Selamatkan Tim Anda
“Mengeluarkan Karyawan Toxic Itu Ada Strateginya.”
Di dunia kerja, orang sering mengira “mengusir karyawan toxic” itu soal ketegasan. Padahal, sebenarnya itu soal strategi.
Saya pernah berada pada posisi yang berat:
harus menghentikan 7 orang dalam satu divisi sekaligus.
Bukan karena saya ingin terlihat berani,
tapi karena saya melihat sesuatu yang jauh lebih berbahaya daripada kesalahan kerja:
perilaku yang perlahan merusak budaya kerja.
Pelan-pelan terbentuk lingkaran kecil yang isinya saling mengompori,
mengomentari atasan,
mengaduk-aduk persepsi.
Yang menarik, tidak semuanya provokator.
Ada yang hanya ikut karena tidak enakan.
Ada yang diam tapi tetap terseret arus.
Ada yang sekadar menyimak untuk “tahu update”.
Ada yg kepo kepo aja..
Ada yang malah ya ya ya aja...
Dan seperti banyak kasus,
toxic itu nggak dtg tiba tiba tapi karena pembiaran...
Menurut riset dari Harvard Business School,
satu karyawan toxic dapat menurunkan produktivitas tim hingga 40%,
dan efeknya menyebar seperti virus...lebih cepet dari covid 😄
diam-diam, cepat, dan sulit dikendalikan jika terlambat.
Itulah sebabnya, mengeluarkan karyawan toxic tidak bisa dilakukan dengan emosi.
Harus ada strategi yang rapi:
Ini yang saya lakukan ketika ngeluarin 7 org dalam 1 divisi :
⬇️
- amankan operasional dulu
- pastikan penggantinya siap
- buat transisi kerja bersih
- eksekusi keputusan dengan tenang dan profesional
- pisahkan tim baru dan tim lama agar budaya tidak menular
Tidak semua hal harus keras untuk menjadi tegas.
Kadang, keputusan paling lambat justru yang paling tepat.
Saya ingat satu kutipan dari Patrick Lencioni:
“When you tolerate behavior that harms the team, you are choosing comfort over leadership.”
Ada yg ngalamin?
Semoga membantu 😊